Cari Blog Ini

Monday, November 27, 2017

Return Saham, Komponen dan Jenis-jenis Return Saham

Return Saham
Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya

Komponen Return Saham 
Return investasi terdiri dari dua komponen utama, yaitu:
1.Yield, komponen return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi. Yield hanya berupa angka nol (0) dan positif (+).
2.Capital gain (loss), komponen return yang merupakan kenaikan (penurunan) harga suatu surat berharga (bisa saham maupun surat hutang jangka panjang), yang bisa memberikan keuntungan (kerugian) bagi investor. Capital gain (loss) dapat berupa angka minus (-), nol
(0), dan positif (+).

Secara sistematis return total suatu investasi dapat ditulis sebagai berikut:
 
Return total = yield + capital gain (loss)

Jenis-Jenis Return SahamJenis-jenis return adalah sebagai berikut:
1. Return realisasi (realized return) 
Return yang telah terjadi (return aktual) yang dihitung berdasarkan data historis (ex post data). Return historis ini berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return) dan risiko di masa datang (conditioning expected return)
2.    Return Yang Diharapkan (Expected Return)
Return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang bersifat sudah terjadi (ex post data), return yang diharapkan merupakan hasil estimasi sehingga sifatnya belum terjadi (ex ante data).
3.    Return Yang Dipersyaratkan (Required Return)
Return yang diperoleh secara historis yang merupakan tingkat return minimal yang dikehendaki oleh investor atas preferensi subyektif investor terhadap risiko.

 
Sumber: Tandelilin, E. 2010. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. BPFE. Yogyakarta.

Tuesday, November 21, 2017

Suku Bunga dan Macam-macam Suku Bunga

Suku Bunga 
Suku Bunga adalah biaya pinjaman atau harga yang dibayarkan untuk dana pinjaman tersebut biasanya dinyatakan dalam presentase. Suku bunga yang tinggi akan mendorong investor untuk menanamkan dananya di bank daripada menginvestasikannya pada sektor produksi atau industri yang memiliki tingkat risiko lebih besar. Sehingga dengan demikian, tingkat inflasi dapat dikendalikan melalui kebijakan tingkat suku bunga.

Macam-Macam Suku Bunga
Suku bunga bank dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
1. Suku bunga nominal adalah suku bunga dalam nilai uang. Suku bunga ini merupakan nilai yang dapat dibaca secara umum. Suku bunga ini menunjukkan sejumlah rupiah untuk setiap satu rupiah yang diinvestasikan. 
2. Suku bunga riil adalah suku bunga yang telah mengalami koreksi akibat inflasi dan didefinisikan sebagai suku bunga nominal dikurangi laju inflasi. 

Dalam kegiatan perbankan sehari-hari ada 2 macam bunga yang diberikan kepada nasabahnya yaitu: 
1. Bunga simpanan adalah bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya di bank. Bunga simpanan merupakan harga yang harus dibayar bank kepada nasabahnya. Sebagai contoh jasa giro, bunga tabungan dan bunga deposito. 
2. Bunga pinjaman yaitu bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank. Setiap masyarakat yang melakukan interaksi dengan bank, baik itu interaksi dalam bentuk simpanan, maupun pinjaman (kredit), akan selalu terkait, dan dikenakan dengan yang namanya bunga.

Bagi masyarakat yang menanamkan dananya kepada bank, baik itu simpanan tabungan, deposito, dan giro akan dikenai suku bunga simpanan (dalam bentuk %). Suku bunga ini merupakan rangsangan dari bank agar masyarakat mau menanamkan dananya pada bank. Semakin tinggi suku bunga simpanan, maka masyarakat akan semakin giat untuk menanamkan dananya pada bank, dikarenakan harapan mereka untuk memperoleh keuntungan. Dan begitu sebaliknya, semakin rendah suku bunga simpanan, maka minat masyarakat dalam menabung akan berkurang sebab masyarakat berpandangan tingkat keuntungan yang akan mereka peroleh di masa yang akan datang dari bunga adalah kecil.


Sumber:
  • Kashmir. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Rajawali Pers. Jakarta. 
  • Khalwaty, T. 2010. Inflasi dan Solusinya. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
  • Mishkin, S.F. 2008. Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan. Buku 1. Edisi ke-8. Salemba Empat. Jakarta.

Pengertian, Jenis, Efek dan Cara Mencegah Inflasi

Inflasi
Inflasi adalah sebagai proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus-menerus.

Jenis-jenis Inflasi
Terdapat berbagai jenis Inflasi, antara lain:
1.    Jenis inflasi menurut sifatnya
a.   Creeping inflation adalah inflasi yang ditandai dengan kenaikan harga yang lambat, dengan persentase yang kecil serta dalam jangka yang relatif lama. Laju inflasi rendah (kurang dari 10% pertahun)
b. Galloping inflation adalah inflasi yang ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar (biasanya double digit atau bahkan triple digit) dan kadang kala berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi. Artinya harga-harga minggu/bulan ini lebih tinggi dari minggu/bulan lalu dan seterusnya.
c.  Hiper inflation merupakan inflasi yang paling parah akibatnya. Harga-harga naik sampai 5 atau 6 kali. Masyarakat tidak lagi berkeinginan untuk menyimpan uang. Nilai uang merosot dengan tajam, perputaran uang makin cepat, harga naik secara akselerasi. Biasanya keadaan ini timbul apabila pemerintah mengalami defisit anggaran belanja (misalnya ditimbulkan oleh adanya perang) yang dibelanjai/ditutup dengan mencetak uang.
2.    Jenis inflasi menurut sebabnya
a.    Demand full inflation adalah inflasi yang bermula dari adanya kenaikan permintaan total (agregat demand), sedangkan produksi telah berada pada keadaan kesempatan kerja penuh atau hampir mendekati kesempatan kerja penuh.
b.    Cost-pushi inflation adalah inflasi yang ditandai dengan kenaikan harga serta turunnya produksi.

Efek Inflasi
Inflasi dapat mempengaruhi distribusi pendapatan alokasi faktor-faktor serta produksi nasional  Efek terhadap produksi pendapatan disebut Equity Effect, sedangkan efek terhadap faktor produksi dan produksi nasional masing-masing disebut dengan Efficiency dan Output Effect.
1. Efek terhadap Pendapatan (Equity Effect)
Sifatnya tidak merata ada yang dirugikan tetapi ada pula yang merasa diuntungkan dengan adanya inflasi. Pihak-pihak yang mendapat keuntungan dari inflasi adalah pihak-pihak yang memperoleh kenaikan pendapatan dengan prosentase yang lebih besar dari laju inflasi tersebut. Seorang yang berpenghasilan tetap akan dirugikan dengan adanya inflasi. Dengan demikian inflasi dapat menyebabkan terjadinya perubahan besar dalam pola pembagian pendapatan dan kekayaan masyarakat umum. Inflasi ini seolah-olah merupakan pajak bagi beberapa pihak dan merupakan subsidi bagi orang lain.
2. Efek Terhadap Efisiensi (Efficiency Effect)
Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang tertentu yang mengalami kenaikan lebih besar daripada barang lain, yang kemudian dapat mendorong kenaikan produksi barang tersebut. Kenaikan barang ini pada gilirannya akan mengubah pola alokasi faktor produksi yang telah ada. Tidak ada pendapat yang menjamin bahwa alokasi faktor produksi tersebut lebih efisien pada keadaan tidak terdapat inflasi. Nmaun kebanyakan pendapat tersebut menyebutkan bahwa inflasi dapat menyebabkan alokasi factor produksi dapat berubah menjadi tidak efisien.
3. Efek Terhadap Output ( Output Effect)
Dalam analisa kedua efek tersebut di atas terdapat suatu anggapan bahwa output dalam keadaan tetap. Inflasi mengkin dapat mengakibatkan kenaikan produksi. Karena dalam keadaan adanya inflasi, biasanya kenaikan barang mendahului kenaikan upah sehingga pengusaha mendapatkan keuntungan yang bertambah. Kenaikan keuntungan ini akan mendorong kenaikan produksi. Namun apabila laju inflasi tersebut cukup tinggi (hyperinflation) akan mempunyai akibat yang sebaliknya yaitu penurunan output. Intensitas efek inflasi ini berbeda-beda, tergantung kepada apakah inflasi tersebut dibarengi dengan kenaikan produksi dan employment atau tidak. Apabila produksi barang ikut naik, maka kenaikan produksi sedikit banyak dapat memperlambat laju inflasi. Tetapi apabila ekonomi mendekati kesempatan kerja penuh (full employment) sering disebut inflasi umum (pure inflation).

Cara Mencegah Inflasi
Cara-cara mencegah inflasi  dapat menggunakan beberapa kebijakan, diantaranya:
1. Kebijakan moneter
Sasaran kebijakan moneter dicapai melalui pengaturan jumlah uang beredar. Salah satu komponen uang beredar adalah uang giral (demand deposit). Bank sentral dapat mengatur uang giral melalui penetapan cadangan minimum. Untuk menekan laju inflasi cadangan minimum ini dinaikkan sehingga jumlah uang menjadi lebih kecil. Disamping cara ini bank sentral juga dapat menggunakan tingkat diskonto (discount rate). Discount rate adalah tingkat diskonto untuk pinjaman yang diberikan oleh bank sentral pada bank umum.
Apabila tingkat diskonto ini dinaikkan (oleh bank sentral), maka gairah bank umum untuk meminjam makin kecil sehingga cadangan yang ada pada bank sentral juga mengecil. Akibatnya kemampuan bank umum memberikan pinjaman pada masyarakat makin kecil sehingga jumlah uang beredar turun dan inflasi dapat dicegah.
Politik pasar terbuka juga dapat mencegah terjadi inflasi. Politik pasar terbuka adalah suatu kebijaksanaan dari Bank Sentral untuk menjual surat-surat berharga seperti obligasi Negara terhadap masyarakat. Maka ini berakibat berkurangnya uang beredar dari tangan masyarakat, dan menyebabkan permintaan terhadap barang berkurang serta barang-barang dapat dijual seluruhnya apabila harga diturunkan. Dengan demikian inflasi dapat dikurangi tekanannya.

2. Kebijakan fiskal
Kebijakan fiskal menyangkut peraturan tentang pengeluaran pemerintah serta perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi permintaan total dan dengan demikian akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akan dapat mengurangi permintaan total, sehingga inflasi dapat dicegah.
3. Kebijakan yang berkaitan dengan output
Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output dini dapat dicapai misalnya dengan kebijakan penurunan bea masuk sehingga impor barang cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah barang di dalam negeri cenderung menurunkan harga.
4. Kebijakan penentuan harga dan indexing
Kebijakan ini dilakukan dengan penentuan ceiling harga serta mendasarkan pada indek harga tertentu untuk gaji ataupun upah (dengan demikian gaji/upah secara riil tetap). Kalau indeks harga naik, maka gaji/upah juga dinaikkan



Sumber: Nopirin. 2009. Ekonomi Moneter. Edisi Satu. Cetakan ke 12. Penerbit BPFE. Jakarta.

Pengertian Nilai Tukar dan Sistem Nilai Tukar

Pengertian Nilai Tukar  
Nilai tukar merupakan harga di dalam pertukaran dan dalam pertukaran antara 2 macam mata uang yang berbeda, akan terdapat perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang tersebut. Perbandingan nilai inilah yang disebut kurs/exchange rat.

Sistem Nilai Tukar 
Sifat dari kurs valuta asing tergantung sifat pasar. Apabila transaksi jual beli valuta asing dapat dilakukan secara bebas di pasar, maka kurs valuta asing akan berubah-ubah sesuai dengan perubahan permintaan dan penawaran. Ada beberapa sistem nilai tukar di yaitu:
1.    Sistem kurs berubah-ubah
Dalam sistem ini makin tinggi tingkat pertumbuhan (relatif terhadap negara lain), makin besar kemungkinan untuk impor yang berarti makin besar pula permintaan akan valuta asing. Kurs valuta sing cenderung naik (harga mata uang sendiri turun). Demikian pula inflasi akan menyebabkan impor naik dan ekspor turun yang akan mengakibatkan kurs valuta asing naik. Kenaikan tingkat bunga dalam negeri cenderung menarik modal masuk dari luar negeri. Kurs valuta asing akan turun (nilai mata uang sendiri naik relatif terhadap valuta asing). 
 2. Sistem kurs stabil
Sistem kurs stabil dapat terjadi secara aktif dan pasif. Pada sistem kurs stabil aktif pemerintah menyediakan dana untuk tujuan stabilitas kurs (stabilization funds). Kegiatan stabilisasi kurs dijalankan dengan cara apabila tendensi kurs valuta asing akan turun maka pemerintah akan membeli valuta asing di pasar. Dengan tambahnya tendensi pemerintah maka tendensi kurs turun dapat dicegah, dan sebaliknya apabila tendensi kurs naik maka pemerintah menjual valuta asing di pasar sehingga penawaran valuta asing bertambah dan kenaikan kurs dapat dicegah. Pada sistem kurs stabil pasif pemerintah menggunakan standar emas. Dalam standar emas, kurs valuta asing suatu negara dengan negara lain ditentukan dengan dasar emas.
3.    Pengawasan devisa (exchange control) 
Dalam sistem ini pemerintah memonopoli seluruh transaksi valuta asing. Tujuannya adalah untuk mencegah adanya aliran modal keluar dan melindungi pengaruh depresi dari negara lain, terutama jika negara tersebut menghadapi keterbatasan cadangan valuta asing dibanding dengan permintaannya. 

 


Sumber: Nopirin. 2009. Ekonomi Moneter. Edisi Satu. Cetakan ke 12. Penerbit BPFE. Jakarta.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Nilai Tukar

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kurs  adalah sebagai berikut :

1.    Perubahan dalam cita rasa masyarakat
Cita rasa masyarakat mempengaruhi corak konsumsinya. Perubahan citarasa masyarakat akan mengubah corak konsumsinya atas barang-barang yang diproduksi di dalam maupun di luar negeri. Perbaikan kualitas barang-barang dalam negeri menyebabkan keinginan mengimpor berkurang dan juga dapat menaikkan ekspor. Sedangkan perbaikan kualitas barang-barang impor menyebabkan keinginan masyarakat untuk mengimpor bertambah besar. Perubahan-perubahan ini menyebabkan permintaan dan penawaran valuta asing.

2.    Perubahan harga barang ekspor dan impor
Harga suatu barang merupakan salah satu faktor penting yang menentukan apakah suatu barang akan diimpor atau diekspor. Barang-barang dalam negeri yang dapat dijual dengan harga yang relatif murah akan menaikkan ekspor dan apabila harganya naik maka ekspornya akan berkurang. Pengurangan harga barag impor akan menambah jumlah impor dan kenaikan harga barang impor akan mengurangai impor. Dengan demikian perubahan harga barang ekspor dan impor akan menyebabkan perubahan dalam permintaan dan penawaran valuta asing 

3.    Kenaikan harga umum (inflasi) Inflasi sangat besar pengaruhnya terhadap kurs pertukaran valuta asing. Inflasi yang terjadi pada umumnya cenderung menurunkan nilai valuta asing. 

4.    Perubahan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi
Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang rendah cenderung akan menyebabkan modal dalam negeri mengalir ke luar negeri Sedangkan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang tinggi akan menyebabkan modal luar negeri masuk ke dalam negeri. Nilai mata uang suatu negara akan merosot apabila lebih banyak modal negara dialirkan ke luar negeri karena suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang lebih tinggi di negara-negara lain.

5.    Pertumbuhan ekonomi
Efek yang akan diakibatkan oleh suatu kemajuan ekonomi kepada nilai mata uangnya tergantung pada pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Apabila kemajuan ekonomi diakibatkan oleh perkembangan ekspor, maka permintaan atas mata uang akan bertambah lebih cepat dari penawarannya sehingga nilai mata uang tersebut akan naik. Akan tetapi, jika kemajuan ekonomi menyebabkan impor berkembang lebih cepat dari ekspor maka penawaran atas mata uang akan bertambah lebih cepat dari permintaannya sehingga nilai mata uang tersebut akan merosot.
 


Sumber: Sukirno, S. 2012. Makroekonomi. Teori Pengantar. Edisi Ketiga. Cetakan ke 21. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sunday, November 19, 2017

Pengertian, Jenis-Jenis,Sumber dan Faktor Modal Kerja

Pengertian Modal Kerja
Modal kerja adalah investasi yang ditanamkan dalam aktiva lancar atau aktiva jangka pendek, seperti kas, bank surat –surat berharga, piutang, persediaan, dan aktiva lancar lainnya.

Jenis –jenis Modal Kerja
Modal kerja digolongkan dalam beberapa jenis, yaitu :
1.  Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)
Modal kerja permanen (Permanent Working Capital) yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya atau dengan kata lain modal kerja secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Permanent Working Capitaldapat dibedakan yaitu :

a. Modal kerja primer (Primary workingcapital) yaitu modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya.
b. Modal kerja normal (Normal working capital) yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal.

2.  Modal Kerja Variabel (Variabel Working Capital)
Modal kerja variabel (Variabel working capital) yaitu jumlah modal kerja yang jumlahnya berubah –ubah sesuai dengan perubahan keadaan, dan modal kerja ini dibedakan antara :

a. Modal kerja musiman (Seasonal Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah –ubah disebabkan karena fluktuasi musim.
b. Modal kerja siklis (Cyclical Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya
berubah –ubah disebabkan karena fluktuasi konjungtur.
c. Modal kerja darurat (Emergency Working Capital) yaitu modal kerja yang besarnya berubah – ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya (misalnya adanya pemogokan buruh, banjir, perubahan keadaan ekonomi yang mendadak).

Sumber –Sumber Modal Kerja
Sumber modal kerja yang dapat digunakan yaitu sebagai berikut :
1. Hasil operasi perusahaan
2. Keuntungan penjualan surat –surat berharga
3. Penjualan saham
4. Penjualan aktiva tetap
5. Penjualan obligasi
6. Memperoleh pinjaman
7. Dana hibah, dan
8. Sumber lainnya

Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Modal Kerja
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi modal kerja, yaitu sebagai berikut : jenis perusahaan, syarat kredit, waktu produksi dan tingkat perputaran persediaan.

Berikut penjelasan kutipannya :
a. Jenis perusahaan
Jenis kegiatan perusahaan dalam praktiknya meliputi dua macam, yaitu : perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa dan nonjasa (industri). Kebutuhan modal dalam perusahaan industri lebih besar jika dibandingkan dengan perusahaan jasa.Di perusahaan industri, investasi dalam bidang kas, piutang, dan persediaan relatif lebih besar jika dibandingkan dengan perusahaan jasa. Oleh karena itu, jenis kegiatanperusahaan sangat menentukan kebutuhan akan modal kerjanya.
b. Syarat kredit
Syarat kredit atau penjualan yang pembayarannya dilakukan dengan cara mencicil (angsuran) juga sangat mempengaruhi modal kerja.
c. Waktu produksi
Waktu produksi artinya jangka waktu atau lamanya memproduksi suatu barang. Makin lama waktu yang digunakan untuk memproduksi suatu barang, maka akan semakin besar modal kerja yang dibutuhkan. Demikian pula sebaliknya semakin pendek waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi modal kerja, maka semakin kecil modal kerja yang dibutuhkan.
d. Tingkat perputaran persediaan Pengaruh tingkat perputaran persediaan terhadap modal kerja cukup penting bagi perusahaan.Semakin kecil atau rendah tingkat perputaran, kebutuhan modal kerja semakin tinggi, demikian pula sebaliknya.



Sumber :
  • Bambang Riyanto, 2008. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat. Yogyakarta: BPFE –Yogyakarta
  • Kasmir, 2008.Analisis Laporan Keuangan. Cetakan Kelima. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Friday, November 17, 2017

Pengertian Bank Syariah dan Fungsi Bank Syariah

Pengertian Bank Syariah
Bank Syariah   merupakan   bank   yang kegiatannya mengacu pada hukum islam, dan dalam kegiatannya tidak membebankan bunga maupun tidak membayar bunga kepada nasabah. Imbalan yang diterima oleh bank syariah maupun yang dibayarkan kepada nasabah tergantung dari akad dan perjanjian antara   nasabah dan bank.

Fungsi Bank Syariah
Bank Syariah memiliki tiga fungsi utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk titipan dan investasi, menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutuhkan dana dari bank, dan juga memberikan pelayanan dalam bentuk jasa perbankan syariah.
1. Penghimpunan Dana Masyarakat
Bank  syariah  menghimpun  dana  dari  masyarakat  dalam  bentuk  titipan dengan menggunakan akad al-Wadiah dan dalam bentuk investasi dengan menggunakan akad al-Mudharabah. Al-Wadiah adalah akad antara pihak pertama (masyarakat) dengan pihak kedua (bank), dimana pihak pertama menitipkan dananya kepada bank, dan pihak kedua, bank menerima titipan untuk dapat memanfaatkan titipan pihak pertama dalam transaksi yang diperbolehkan dalam Islam.

Al-Mudharabah merupakan akad antara pihak yang memiliki dana kemudian menginvestasikan dananya atau disebut juga dengan shahibul maal dengan pihak kedua atau bank yang menerima dana yang disebut juga dengan mudharib, yang mana pihak mudharib dapat memanfaatkan dana yang diinvestasikan oleh shahibul maal untuk tujuan tertentu yang diperbolehkan dalam syariah Islam.
2. Penyaluran Dana Kepada Masyarakat
Bank  menyalurkan  dana  kepada  masyarakat  dengan  menggunakan bermacam-macam akad, antara lain akad jual beli dan akad kemitraan atau kerja sama usaha. Pembiayaan bank syariah dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain:
a. Transaksi   bagi   hasil   dalam   bentuk   mudharabah   dan   musyarakah.
Mudharabah merupakan kontrak antara dua pihak atau lebih yang mana satu pihak sebagai shahibul maal dan pihak lain sebagai mudharib. Musyarakah merupakan kontrak antara dua pihak atau lebih yang mana semua pihak merupakan partner dan mengikutsertakan modal dalam usaha yang dijalankan;
b. Transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik;
c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna;
d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh;
e. Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa.
3. Pelayanan Jasa Bank
Pelayanan jasa bank syariah diberikan dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dalam menjalankan aktivitasnya. Berbagai jenis produk pelayanan jasa yang dapat diberikan oleh bank syariah antara lain jasa pengiriman uang (transfer), pemindahbukuan, penagihan surat berharga, kliring, letter of credit, inkaso, garansi bank, dan pelayanan jasa bank lainnya.



Sumber: Ismail. (2013). Perbankan Syariah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Tanggung Jawab Manajer Keuangan

Manajer keuangan terlibat dan berinteraksi dengan keputusan-keputusan kunci yang bersifat strategis bagi perusahaan. adapaun tugas pokok manajer keuangan berkaitan dengan keputusan-keputusan tersebut adalah sebagai berikut:
  • Menganalisis aspek finansial dari semua keputusan
  • menentukan jumlah investasi yang diperlukan untuk mencapai penjualan yang diharapkan.
  • mementukan bagaimana memperoleh dana yang diperlukan guna mendanai investasi yang direncanakan.
  • mengelola operasional perusahaan sehari-hari yang berkaitan dengan manajemen modal kerja perusahaan.
  • menganalisis laporan keuangan (neraca, laporan rugi laba) perusahaan.


Sumber : Made Sudana.  2011. Manajemen Keuangan Perusahaan Teori dan Praktek. Jakarta : Erlangga.

Teori Kebijakan Dividen

Sebelum pengambilan keputusan dalam penentuan dividen, ada tiga teori yang berkaitan dengan kebijakan dividen,yaitu:
a. Teori Dividend Irrelevance
Teori ini dikemukan oleh Fancro Modigliani dan Merton Miller. Menurut teori irrelevance, kebijakan dividen tidak mempengaruhi harga pasar saham perusahaan atau nilai perushaan. Modligani dan Miller berpendapat bahwa nilai perushaaan hanya ditentukan oleh kemampuan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan (earning power) dan resiko bisnis, sedangkan bagaimana membagi arus pendapatan menjadi dividen dan laba ditahan tidak mempengaruhi perusahaan.
Asumsi yang dikemukana oleh Modligani dan Miller adalah:
• Tidak ada pajak atas pendapatan perusahaan dan pendapatan pribadi. Tidak ada biaya emisi atau nilai transaksi saham.
•Leverage keuangan tidak mempengaruhi biaya modal.
•Investor dan manajer memiliki informasi yang sama tentang prospek perusahaan.
•Pendistribusian pendapatan antara dividen dan laba ditahan tidak mempengaruhi biaya modal sendiri.
•Kebijakan pengangaran modal independen dengan kebijakan dividen
Inti dari pendapat Modligani dan Miller ini adalah pengaruh pembayaran dividen terhadap kemakmuran pemegang saham di-offset sepenuhnya oleh cara-cara pembelanjaan investasi yang dilakukan oleh perusahaan. Misalnya perusahaan telah membuat keputusan investasi, maka perusahaan harus memutuskan apakah menahan laba untuk membelanjakan investasi atau membayar dividen dan menjual saham baru sejumlah dividen yang dibayarkan.
b. Teori Bird in Hand
Teori ini dikemukan oleh Myron Gordon dan John Lintner. Berdasarkan teori Bird in Hand, kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap harga pasar saham. Artinya, jika dividen yang dibagikan perusahaan semakin besar, harga pasar saham perusahaan terseburt akan semakin tinggi dan sebaliknya. Hal ini terjadi karena pembagian dividen dapat mengurangi ketidakpastian yang dihadapi investor.
c. Teori Tax Preference
Berdasarkan teori Tax Preference, kebijakan dividen mempunyai pengaruh negatif terhadap harga pasar saham perusahaan. Artinya, semakin besar jumlah dividen yang dibagikan oleh suatu perusahaan, semakin rendah harga pasar saham perusahaan yang bersangkutan. Hal ini terjadi jika ada perbedaan antara tarif pajak personal atas pendapatan dividen dan capital gain. Apabila tarif pajak dividen lebih tinggi daripada pajak capital gain, maka investor akan lebih senang jika laba yang diperoleh perusahaan tetap ditahan di perusahaan, untuk membelanjakan investasi yang dilakukan oleh perusahaan. Dengan demikian dimasa yang akan datang diharapkan terjadi peningkatan capital gain yang tarif pajaknya lebih rendah. Apabila banyak investor yang memiliki pandangan demikian, maka investor cenderung memiliki saham-saham dengan dividen kecil dengan tujuan menghindari pajak.


Sumber : Made Sudana.  2011. Manajemen Keuangan Perusahaan Teori dan Praktek. Jakarta : Erlangga.