Inflasi
Inflasi adalah sebagai proses kenaikan harga-harga umum
barang-barang secara terus-menerus.
Jenis-jenis Inflasi
Terdapat berbagai
jenis Inflasi, antara lain:
1.
Jenis inflasi
menurut sifatnya
a. Creeping
inflation adalah inflasi yang
ditandai dengan kenaikan harga yang lambat, dengan persentase yang kecil
serta dalam jangka yang relatif lama. Laju inflasi rendah (kurang dari 10%
pertahun)
b. Galloping inflation adalah inflasi yang ditandai dengan
kenaikan harga yang cukup besar (biasanya double digit atau
bahkan triple digit) dan kadang kala berjalan dalam waktu yang relatif
pendek serta mempunyai sifat akselerasi. Artinya harga-harga minggu/bulan ini
lebih tinggi dari minggu/bulan lalu dan seterusnya.
c. Hiper inflation merupakan inflasi yang paling parah akibatnya.
Harga-harga naik sampai 5 atau 6 kali. Masyarakat tidak lagi
berkeinginan untuk menyimpan uang. Nilai uang merosot dengan tajam, perputaran
uang makin cepat, harga naik secara akselerasi. Biasanya keadaan ini timbul
apabila pemerintah mengalami defisit anggaran belanja (misalnya ditimbulkan
oleh adanya perang) yang dibelanjai/ditutup dengan mencetak uang.
2.
Jenis inflasi
menurut sebabnya
a.
Demand full
inflation adalah inflasi yang
bermula dari adanya kenaikan permintaan total (agregat demand),
sedangkan produksi telah berada pada keadaan kesempatan kerja penuh atau hampir
mendekati kesempatan kerja penuh.
b.
Cost-pushi
inflation adalah inflasi yang
ditandai dengan kenaikan harga serta turunnya produksi.
Efek
Inflasi
Inflasi dapat
mempengaruhi distribusi pendapatan alokasi faktor-faktor serta produksi
nasional Efek terhadap produksi pendapatan disebut Equity
Effect, sedangkan efek terhadap faktor produksi dan produksi nasional
masing-masing disebut dengan Efficiency dan Output Effect.
1.
Efek terhadap Pendapatan (Equity Effect)
Sifatnya tidak
merata ada yang dirugikan tetapi ada pula yang merasa diuntungkan dengan adanya
inflasi. Pihak-pihak yang mendapat keuntungan dari inflasi adalah pihak-pihak
yang memperoleh kenaikan pendapatan dengan prosentase yang lebih besar dari
laju inflasi tersebut. Seorang yang berpenghasilan tetap akan dirugikan dengan
adanya inflasi. Dengan demikian inflasi dapat menyebabkan terjadinya perubahan
besar dalam pola pembagian pendapatan dan kekayaan masyarakat umum. Inflasi ini
seolah-olah merupakan pajak bagi beberapa pihak dan merupakan subsidi bagi
orang lain.
2.
Efek Terhadap Efisiensi (Efficiency Effect)
Inflasi dapat
pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan ini dapat terjadi
melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang tertentu yang mengalami kenaikan
lebih besar daripada barang lain, yang kemudian dapat mendorong kenaikan
produksi barang tersebut. Kenaikan barang ini pada gilirannya akan mengubah
pola alokasi faktor produksi yang telah ada. Tidak ada pendapat yang menjamin
bahwa alokasi faktor produksi tersebut lebih efisien pada keadaan tidak
terdapat inflasi. Nmaun kebanyakan pendapat tersebut menyebutkan bahwa inflasi
dapat menyebabkan alokasi factor produksi dapat berubah menjadi tidak efisien.
3. Efek Terhadap Output ( Output Effect)
Dalam analisa
kedua efek tersebut di atas terdapat suatu anggapan bahwa output dalam keadaan
tetap. Inflasi mengkin dapat mengakibatkan kenaikan produksi. Karena dalam
keadaan adanya inflasi, biasanya kenaikan barang mendahului kenaikan upah
sehingga pengusaha mendapatkan keuntungan yang bertambah. Kenaikan keuntungan
ini akan mendorong kenaikan produksi. Namun apabila laju inflasi tersebut cukup
tinggi (hyperinflation) akan mempunyai akibat yang sebaliknya yaitu
penurunan output. Intensitas efek inflasi ini berbeda-beda, tergantung kepada
apakah inflasi tersebut dibarengi dengan kenaikan produksi dan employment
atau tidak. Apabila produksi barang ikut naik, maka kenaikan produksi sedikit
banyak dapat memperlambat laju inflasi. Tetapi apabila ekonomi mendekati
kesempatan kerja penuh (full employment) sering disebut inflasi umum (pure
inflation).
Cara Mencegah Inflasi
Cara-cara mencegah
inflasi dapat menggunakan beberapa kebijakan,
diantaranya:
1. Kebijakan moneter
Sasaran
kebijakan moneter dicapai melalui pengaturan jumlah uang beredar. Salah satu
komponen uang beredar adalah uang giral (demand deposit). Bank sentral
dapat mengatur uang giral melalui penetapan cadangan minimum. Untuk menekan
laju inflasi cadangan minimum ini dinaikkan sehingga jumlah uang menjadi lebih
kecil. Disamping cara ini bank sentral juga dapat menggunakan tingkat diskonto
(discount rate). Discount rate adalah tingkat diskonto
untuk pinjaman yang diberikan oleh bank sentral pada bank umum.
Apabila tingkat
diskonto ini dinaikkan (oleh bank sentral), maka gairah bank umum untuk
meminjam makin kecil sehingga cadangan yang ada pada bank sentral juga
mengecil. Akibatnya kemampuan bank umum memberikan pinjaman pada masyarakat
makin kecil sehingga jumlah uang beredar turun dan inflasi dapat dicegah.
Politik pasar
terbuka juga dapat mencegah terjadi inflasi. Politik pasar terbuka adalah suatu
kebijaksanaan dari Bank Sentral untuk menjual surat-surat berharga seperti
obligasi Negara terhadap masyarakat. Maka ini berakibat berkurangnya uang
beredar dari tangan masyarakat, dan menyebabkan permintaan terhadap barang
berkurang serta barang-barang dapat dijual seluruhnya apabila harga diturunkan.
Dengan demikian inflasi dapat dikurangi tekanannya.
2. Kebijakan fiskal
Kebijakan fiskal
menyangkut peraturan tentang pengeluaran pemerintah serta perpajakan yang
secara langsung dapat mempengaruhi permintaan total dan dengan demikian akan
mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan pengeluaran
pemerintah serta kenaikan pajak akan dapat mengurangi permintaan total,
sehingga inflasi dapat dicegah.
3. Kebijakan yang berkaitan dengan output
Kenaikan output
dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output dini dapat dicapai
misalnya dengan kebijakan penurunan bea masuk sehingga impor barang cenderung
meningkat. Bertambahnya jumlah barang di dalam negeri cenderung menurunkan
harga.
4.
Kebijakan penentuan harga dan indexing
Kebijakan ini
dilakukan dengan penentuan ceiling harga serta mendasarkan pada indek
harga tertentu untuk gaji ataupun upah (dengan demikian gaji/upah secara riil
tetap). Kalau indeks harga naik, maka gaji/upah juga dinaikkan
Sumber: Nopirin. 2009. Ekonomi
Moneter. Edisi Satu. Cetakan ke 12. Penerbit BPFE. Jakarta.
No comments:
Post a Comment