Cari Blog Ini

Monday, April 9, 2018

Manajemen Lintas Budaya

Dalam menghadapi tantangan dalam persaingan global saat ini, seseorang manajer terutama pada perusahaan dnegan skala internasional dituntut harus menguasai pola manajerial berbagai budaya di negara yang berbeda-beda, karena bukan tidak mungkin, tuntutan pekerjaan mengharuskan seorang manajer untuk mengelola cabang perusahaan di luar negeri. Kurangnya pengetahuan mengenai pentingnya untuk mempelajari manajemen lintas budaya, akan membuat sang manajer kesulitan untuk melakukan adaptasi yang akhirnya  berdampak pada hilangnya kewibawaan seorang pemimpin pada dirinya di mata anak buahnya yang baru.

Pada saat seorang manajer ditugaskan perusahaan di cabang luar negeri menjadi ekspatriat, ia akan menghadapi setidaknya tiga fase dalam melakukan adaptasi, yang terdiri dari:
  1. Exciting phase, pada fase ini, ekspatriat yang biasanya juga membawa serta keluarganya merasa antusias dipindahkan di lingkungan kerja yang baru, apablagi  bila  tempat baru yang dituju memiliki standar kualitas hidup yang lebih bai dari negara asalnya. Misalnya, manajer Indonesia dipindahkan ke Amerika, akan merasa senang dan bangga dengan suasana baru, gaya hidup baru, dan cuaca yang berbeda. Ia dan keuarganya mungkin tidak sabar menantikan musim dingin bersalju yang indah seperti yang sering digambarkan  pada film ditelevisi, atau taman-yaman hijau yang bertebaran di kota untuk bersantai di akhir pekan, hingga mencoba model transportasi baru yang tidak ada di Indonesia seperti subway. 
  2. Challenging phase, pada fase ini, ekspatriat mulai menemukan berbagai hal yang mungkin tidak diduga sebelumnya, bahwa di negara baru ini tidak mudah mencari asisten rumah tangga, bahwa harus berhadapan dengan berbagai aturan yang ketat mulai dari parkir, asuransi, SIM, cuaca ekstrim, dan banyak lagi. Belum lagi perbedaan yang dihadapi di kantor, dimana budaya yang berlaku jauh berbeda dengan yang dijalani di negara asalnya. Fase ini adalah fase yang berat bagiekspatriat untuk belajar melakukan adaptasi, tingkat kesulitan ini berbeda-beda tergantung pada karakter ekspatriat tersebut. Disinilah pentingnya seoang manajer ekspatriat mempelajari manajemen lintas budaya sebelum ditugaskan di negara lain.
  3. Adapting phase, ekspatriat yang telah sukses melewati fase Challenging, akan memasuki fase adapting yang merupakan fase akhir dari proses penerimaan budaya baru. Pada fase ini, ekspatriat adan keluarganya sudah hidup sesuai dengan gaya dan budaya yang berlaku di negara tersebut dengan nyaman, bahkan mungki akan timbul "bingung budaya" saat mereka sesekali kembali ke tanah air setelah sekian lama tinggal di luar negeri.
Fase ini dapat ditemppuh dengan lebih mudah apabila ekspatriat dibekali pengeahuan mengenai manajemen lintas budaya di perusahaan negara asalnya sebelum keberangkatannya.


 Sumber:  Azis, Anton M. dan Irjayanti, Maya. (2014), Manajemen, Bandung : Mardika Group


No comments:

Post a Comment