Cari Blog Ini

Wednesday, January 3, 2018

Hubungan Pasar Modal dan Pasar Uang

Mambaiknya kinerja pasar modal merupakan barometer bagi sehatnya perekonomian yang akan menimbulkan minat investor untuk kembali berinvestasi. Timbulnya anggapan bahwa fluktuasi yang besar pada nilai tukar sebagai faktor  utama yang mampu menjelaskan fluktuasi yang besar pada pasar modal, menunjukkan bahwa fluktuasi yang terlalu besar di pasar modal Indonesia pada saat krisis ekonomi bukan hannya disebabkan oleh faktor fundemental.

Faktor fundemental sering dipakai sebagai salah satu faktor yang digunakan dalam menganalisis harga saham. Analisis fundemental didasarkan pada premis bahwa sekuritas (dan pasar secara keseluruhan) mempunyai nilai intrinsik atau nilai sesuangguhnya yang dapat diestimasi oleh investor. Bagi seorang investor, analsiis fundemental berguna untuk dapat memperkirakan nilai intrinsik suatu saham. Melalui nilai intrinsik ini selanjutnya investor akan memperkirakan imbal hasil yang diharapakan (expected return - ER) dan risiko sesuai dengann preferensi mereka.

Masuknya investor asing ke pasar modal Indoensia merupakan akibat dari diversifikasi internasional portofolio, sehingga investasi mereka menyebabkan pasar modal Indonesia bergairah. Investor asing yang melalukan diversifikasi portofolio investasi akan mengharapakan imbal hasil atas investasinya dalam dua hal, yaitu saham dan valuta asing. Kepastian dalam berbisnis menjadi faktor utama karena investor asing sangat menginginkan adanya suatu kepastian.

Pada kenyataanya sistem nilai tukar tetap (pegged) diversifikasi internasional memberikan hasil yang lebih baik daripada sisitem nila tukar megambang, atau menguatnya nilai tukar rupiah dapat memberikan keuantungan. Dengan demikiamn, jika nilai tukar rupiah melemah maka investor asing akan mengharapakan imbal hasil yang besar dari saham sebaga kompensasi kerugian mereka atas valuta asing, atau jika emiten tidak mampu memberikan kompensasi atas kerugian maka mereka akan mendiskon harga saham yang dimiliki dan selanjutnya keluar dari bursa. 

Pendekatan portofolio menyatakan bahwa harga saham diharapakn memengaruhi nilai tukar dalam bentuk korelasi negatif. Peningkatan harga saham yang terus menerus terjadi akan mendorong mata uanag domestik pada pasar modal domestik yang mengalami pengingkatan. Pada kondisi ini, investor asing akan membeli mata uang domestikuntuk diinvesttasikan pada pasar modal yang mengalami trend naik (bullish) dan tekanan ini akan menyebabkan naiknya nilai mata uag domestik dalam jangka panjang.

Meningkatnya nilai tukar (depresiasi nilai rupiah) mempinyai efek positif pada harga saham secara keseluruhan dalam jangka pendek. Kebijakan pemerintah yang selalu ditempuh adalah ketika nilai domestik terdepresiasi, pemerintah akan menaikkan suku bunga yang ditunjukkan untuk menhndari pembellian valas oleh masyarakat dan mendorong masyarakat untukmenyimpan uangnya dibank. Selain itu, peningkatan suku bunga diharapkan dapat mendorong investor asing untuk masuk.

Kebijakan pemerintah dengan mendorong masyarakat untuk menabung di bank dapat memberikan manfaat pada turunnya inflasi. Jumlah uang yang beredar akan berkurang karena bank yang memiliki sukununga yang tinggi lebih menarik, sehingga banyak dana masyarakat yang masuk ke bank.

Keadaan yang menjelaskan masa krisis adalah larinya investor asing, bahkan diikuti oleh investor lokal (terutama dengan membawa dolar), keuar dari Indonesia (capital flight). Hal tersebut dilakukan sebagai tindakan untuk menyelamatkan nilai aset mereka yang telah menekan pasar modal Indonesia  dalam jangka panjang. Bentuk investasi yang dilakukan oleh investor Indonesia kebanyakan adalah investasi dalam bentuk portofolio yang memungkinkan mereka untuk membawa keluar investasinya jika sudah tidak memberikan keuntungan.

Secara sederhana, dapat dipahami bahwa terdapat hubungan yang paling memengaruhi antara nilai tukar dan harga saham di pasar modal, baik untuk janngka pendek maupun jangka panjang. Efek positif yang terjadi dari depresiasi mata uang rupiah terhadap harga saham dalam jangka pendek. Rupiah cukup terdepresiasi pada saat  pemerintah mengambil kebijakan untuk menaikkan suku bunga dengan tujuan untuk menahan jatuhnya rupiah, tentunya selain untuk menarik modal masuk (capital inflow), juga bertujuan agar nilai rupiah meningkat. Akan tetapi, dengan tingginya suku bunga sangat mungkin bisa mengakibatkan turunnya nilai saaat ini (present value) dari arus kas masa depan (future cash flow) perusahaan sehingga harga saham menjadi jatuh. Kondisi ini sangat sesuai dengan teori arbitrase (arbitrage theory). 


Sumber: Fahmi, Irham (2015, Manajemen Investasi: Teori dan Soal Jawab, Edisi 2, Jakarta: Salemba Empat


No comments:

Post a Comment