Likuiditas
Likuiditas mengacu pada kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Jangka pendek secara konvensional dianggap periode hingga satu tahun. Hal ini dikaitkan dengan siklus operasi normal perusahaan yaitu mencakup siklus pembelian-produksi-penjualan-penagihan. Likuiditas merupakan salah satu faktor yang menentukan sukses atau gagal satu perusahaan. Penyediaan kebutuhan uang tunai dan sumber-sumber untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Pentingnya likuiditas dapat dilihat dengan mempertimbangkan dampak yang berasal dari ketidakmampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Likuiditas dinyatakan dalam perbedaaan tingkatan. Kurangnya likuiditas menghalangi perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari diskon atau kesempatan mendapatkan keuntungan
Macam-Macam Rasio Likuiditas
Untuk mengukur kemampuan likuiditas suatu perusahaan digunakan rasio-rasio sebagai berikut:
1. Rasio Lancar (Current ratio)
1. Rasio Lancar (Current ratio)
Rasio lancar merupakan ukuran statis atas sumber daya yang tersedia pada suatu waktu untuk memenuhi kewajiban lancar. Cadangan sumber daya kas lancar tidak memiliki hubungan logis dan sebab akibat dengan arus kas masuk masa depan. Padahal, arus kas masuk masa depan merupakan indikator likuiditas terbaik. Arus kas masuk ini bergantung pada faktor-faktor yang tidak dicakup dalam rasio, seperti penjualan, pengeluaran kas, keuntungan, dan perunahan kondisi usaha.
Alasan digunakannya rasio lancar secara luas sebagai ukuran likuiditas mencakup kemampuannya untuk mengukur:
a.Kemampuan memenuhi kewajiban lancar. Makin tinggi jumlah (kelipatan) aset lancar terhadap kewajiban lancar, makin besar keyakinan bahwa kewajiban lancar tersebut akan dibayar.
b.Penyangga kerugian. Makin besar penyangga, makin kecil resikonya. Rasio lancar menunjukkan tingkat keamanan yang tersedia untuk menutup penurunan nilai aset lancar nonkas pada saat aset tersebut dilepas atau dilikuidasi.
c.Cadangan dana lancar. Rasio lancar merupakan ukuran tingkat keamanan terhadap ketidakpastian dan kejutan atas arus kas perusahaan. Ketidakpastian dan kejutan, seperti pemogokan dan kerugian luar biasa, dapat membahayakan arus kas secara sementara dan tidak terduga.
a.Kemampuan memenuhi kewajiban lancar. Makin tinggi jumlah (kelipatan) aset lancar terhadap kewajiban lancar, makin besar keyakinan bahwa kewajiban lancar tersebut akan dibayar.
b.Penyangga kerugian. Makin besar penyangga, makin kecil resikonya. Rasio lancar menunjukkan tingkat keamanan yang tersedia untuk menutup penurunan nilai aset lancar nonkas pada saat aset tersebut dilepas atau dilikuidasi.
c.Cadangan dana lancar. Rasio lancar merupakan ukuran tingkat keamanan terhadap ketidakpastian dan kejutan atas arus kas perusahaan. Ketidakpastian dan kejutan, seperti pemogokan dan kerugian luar biasa, dapat membahayakan arus kas secara sementara dan tidak terduga.
2. Ukuran Arus Kas (Cash flow ratio)
Kas dan setara kas merupakan aset lancar yang paling likuid. Ukuran likuiditas dengan rasio berbasis kas bisa diukur dengan dua rasio yaitu rasio kas terhadap aset lancar dan rasio kas terhadap kewajiban lancar.
3 Rasio Kas Terhadap Aset Lancar (Cash to current assets ratio)
Rasio aset “serupa kas” terhadap aset lancar merupakan ukuran tingkat likuiditas aset lancar. Makin tinggi rasio ini, makin likuid aset lancar.
4. Rasio Kas Terhadap Kewajiban Lancar (Cash to current liabilities ratio)
Rasio ini digunakan untuk mengukur ketersediaan kas untuk membayar kewajiban lancar.
5. Siklus Operasi (Operating cycle)
Dalam menilai likuiditas, termasuk modal kerja dan rasio lancar, penting untuk mengukur kualitas dan likuiditas piutang. Baik kualitas maupun likuiditas piutang dipengaruhi oleh tingkat perputarannya. Kualitas mengacu pada kemungkinan tertagihnya piutang tanpa menimbulkan kerugian.
a. Perputaran Piutang Usaha
Dari rasio perputaran piutang usaha dapat ditentukan periode penagihan piutang (receivables collection period). Penagihan piutang (receivables collection period) digunakan untuk mengukur jumlah hari yang dibutuhkan secara rata-rata, untuk menagih piutang berdasarkan saldo akhir tahun piutang.
b. Perputaran Persediaan
Rasio ini untuk mengukur kecapatan rata-rata persediaan bergerak keluar masuk perusahaan.
Dari rasio perputaran persediaan dapat dihitung jumlah hari untuk menjual persediaan (days to sell inventory ratio). Jumlah hari untuk menjual persediaan (days to sell inventory ratio), menunjukkan jumlah hari yang dibutuhkan perusahaan untuk menjual persediaan rata-rata selama setahun.
a. Perputaran Piutang Usaha
Dari rasio perputaran piutang usaha dapat ditentukan periode penagihan piutang (receivables collection period). Penagihan piutang (receivables collection period) digunakan untuk mengukur jumlah hari yang dibutuhkan secara rata-rata, untuk menagih piutang berdasarkan saldo akhir tahun piutang.
b. Perputaran Persediaan
Rasio ini untuk mengukur kecapatan rata-rata persediaan bergerak keluar masuk perusahaan.
Dari rasio perputaran persediaan dapat dihitung jumlah hari untuk menjual persediaan (days to sell inventory ratio). Jumlah hari untuk menjual persediaan (days to sell inventory ratio), menunjukkan jumlah hari yang dibutuhkan perusahaan untuk menjual persediaan rata-rata selama setahun.
6. Rasio cepat
Sumber :
Subramanyam, K.R., dan Wild, John J., (2010), Analisis Laporan Keuangan, Edisi 10 Buku 1, Penerjemah: Dewi Yanti, Salmemba Empat, Jakarta.
Subramanyam, K.R., dan Wild, John J., (2010), Analisis Laporan Keuangan, Edisi 10 Buku 1, Penerjemah: Dewi Yanti, Salmemba Empat, Jakarta.
No comments:
Post a Comment